Tag

Didalam Al Qur’an, Allah SWT menjanjikan pahala berlipat ganda bagi siapapun yang melakukan kebaikan di bulan ramadhan. Mungkin karena janji Allah SWT, itu maka setiap  bulan ramadhan hampir semua orang menjadi pemurah. Tidak hanya perorangan, banyak juga koorporat/perusahaan yang juga memberi sedekah besar-besaran. Sayangnya, hampir semua bentuk sedekah dan infak yang diberikan jatuh kepada personal. Dhuafa, orang-orang miskin, anak-anak jalanan, kalaupun diberikan kepada lembaga, seringnya adalah lembaga yatim piatu atau panti asuhan. Acara yang diadakan juga seragam, diadakan di kantor atau hotel berbintang, dibuka dengan siraman rohani, lalu pemberian bingkisan, baik berupa barang atau uang, lalu dilanjutkan dengan buka puasa dan tarawih bersama.

Saya membayangkan seandainya saja infak dan sedekah itu diberikan pada para pengelola lembaga PAUD Non Formal, pasti uang itu sangat manfaat buat pengelolaan sekolah itu. Memberi infak dan sedekah kepada lembaga pendidikan seperti memberi pupuk pada tanaman. Pupuk membuat tanaman jadi tumbuh kuat, segar dan sehat. Maka seperti itulah rasanya bagi sekolah-sekolah yang menerima sumbangan, dalam bentuk apapun. Seperti mendapat suntikan dan energi baru untuk selalu memberikan yang terbaik kepada anak didiknya.

Mengapa diluar Ramadhan banyak yg berkurang orang yg mau sedekah..,malahan makin banyak buruk sangkah.???

Mengapa PAUD Non Formal? Karena PAUD Non Formal sebagian besar adalah sekolah dengan fasilitas yang minim. Lokasinya seringkali hanya teras rumah, pelataran masjid, atau numpang di balai Rukun Warga. Biasanya Sumbangan Pengelolaan Pendidikan (SPP) yang dibebankan kepada orangtua murid sangat murah, berkisar antara Rp 15.000 s/d Rp 40.000,- per bulan. Bahkan banyak yang menggratiskannya. Memang ada juga PAUD Non Formal yang SPP-nya diatas Rp 50.000,- tapi itu sangat jarang, dan lokasinya mungkin berdekatan dengan komplek perumahan yang mapan.

Gaji gurunya jauh dibawah standar UMR. Banyak guru-guru yang bergaji hanya Rp 100.000 – Rp 200.000/bulan. Tak ada tunjangan fungsional, tak ada ongkos transport, atau uang makan. Kadang, THR diberikan karena kebaikan orangtua murid yang bersedia menyisihkan sebagian rejeki mereka. Sesekali ada surprise dari pemerintah berupa insentif sebesar Rp 1,2 juta yang diberikan setahun sekali. Itu sudah jadi hal yang sangat disyukuri. Kadang dari satu sekolah hanya 3 atau 4 orang guru yang mendapatkan rejeki nomplok itu.  Kalau disekolah itu ada 5 atau 6 orang yang terlibat ikut mengelola, maka jumlah itu akan dibagi rata sesama mereka, sehingga jumlahnya tidak lagi utuh 1,2 juta.

Berbeda dengan SD dan SMP yang mendapat fasilitas BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Tidak semua PAUD Non Formal bisa mendapatkannya. Konon karena katanya jumlah penerima dibatasi. Bantuan pemerintah seperti dana rintisan, dana renovasi, bantuan alat permainan edukatif, dll juga ada. Namun kesempatan untuk mendapatkannya seperti menunggu durian jatuh. Tidak semua kebagian dan tidak semua bisa mendapatkan kesempatan itu. Fasilitas sekolah yang tersedia juga sering kali seadanya. Beralas tikar, tanpa meja kursi, dan tanpa Alat Permainan Edukatif (APE) yang lengkap dan layak. Niat utama para pengelolanya adalah bisa memberi kesempatan belajar untuk anak-anak usia dini, terutama anak-anak dari masyarakat menengah ke bawah, masyarakat marginal. Mereka serius mengajar anak-anak usia dini, usia dimana Periode Emas ada disitu. Murid mereka adalah anak-anak usia dini, dan kelak anak-anak itu akan menjadi generasi penerus keberlangsungan bangsa ini.  Dan Subhanallah, wajah-wajah para guru dan para pengelola itu tetap ceria, tetap setia dan penuh cinta mendidik anak-anak murid mereka. Gaji kecil, fasilitas tak layak, dan perhatian minim tak menjadi halangan bagi mereka untuk terus konsisten membantu anak-anak itu mengejar mimpi dan cita-cita mereka.

Sekali lagi saya mengandaikan infak dan sedekah dibulan ramadhan ini diberikan kepada para pengelola PAUD Non Formal itu. Seremonial diadakan di sekolah yang bersangkutan, lengkap dengan buka puasa bersama para guru dan murid. Biaya pasti jadi lebih ringan, karena tak perlu sewa ruang yang mahal dan memesan makanan hotel yang juga mahal. Lalu berikan sumbangan dalam bentuk barang-barang. Entah meja kursi, papan tulis, tikar, lemari, buku-buku bacaan, atau alat permainan edukatif. Kalaupun ada keinginan memberi uang tunai untuk mereka yang terlibat (pengelola, guru, tenaga administrasi), berikan langsung kepada mereka ketika seremonial diadakan. Saya yakin cara ini tepat sasaran, karena disebagian besar anak-anak yang bersekolah di PAUD Non Formal, juga ada anak-anak yatim dan anak-anak miskin. Cara ini juga minim korupsi atau pemotongan karena sumbangan langsung diberikan kepada sekolah atau guru yang bersangkutan. Dan pemberian dalam bentuk barang-barang masa kegunaanya jauh lebih lama dan lebih awet. Karena selama sekolah itu ada, maka selama itu pula barang-barang tersebut akan selalu terpakai.

Mumpung masih ada waktu, mudah-mudahan tulisan ini bisa menginspirasi siapapun yang ingin memberikan sumbangan infak dan sedekahnya dengan melakukan sesuatu yang berbeda dengan sumbangan itu. Soal pahala, saya yakin Allah SWT Maha Tahu. Selama tujuannya untuk kemaslahatan orang banyak, selama itu pula saya yakin pahala tak akan putus. Wallahu’alam bis showab.

Salam

Redaksi